Perlu Anda ketahui kalau pabrik baja ringan umumnya menggunakan 6 teknik khusus untuk menghasilkan pelat baja ringan yang sesuai dengan permintaan. Simak penjelasan 6 teknik khusus tersebut di bawah ini.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik Konvertor
Teknik konvertor banyak digunakan oleh pabrik-pabrik penghasil baja ringan di Indonesia. Proses ini menggunakan sebuah alat yang terbuat dari plat baja yang disambungkan. Bagian dalam dari alat ini terbuat dari batu yang tahan api.
Ada lubang di bagian bawahnya yang berfungsi sebagai lubang angin. Alat ini juga memiliki penyangga untuk mengatur posisi konvertor.
Untuk membuat baja ringan dengan metode ini, konvertor dipanaskan terlebih dahulu dengan kokas dengan menggunakan suhu 1.500 derajat Celcius. Kemudian alat dimiringkan untuk memasukkan bahan baku cair. Saat bahan cair sudah masuk, tekanan udara dipertahankan pada 1.5 atm sampai 2 atm dan dibiarkan hingga 25 menit.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik Siemens Martin
Sebelum menggunakan teknik Siemens Martin, pabrik baja ringan akan melebur bahan utamanya terlebih dahulu. Kemudian, mereka akan memasukkan bahan cair tersebut pada sebuah tungku besar.
Dalam standar pabrik, tungku tersebut biasanya mampu menampung 30 hingga 50 ton bahan baja ringan cair dalam sekali pengolahan. Pabrik-pabrik menggunakan teknik ni untuk mengolah besi kasar atau besi-besi tua.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik BOF
Pembuatan baja ringan dengan teknik BOF (Basic Oxygen Furnace) menggunakan uap air panas. Uap air panas tersebut nantinya akan ditiupkan pada besi kasar. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa.
Teknik ini memerlukan dapur yang cukup besar. Satu ukuran dapur standar biasanya mampu menampung sekitar 35 ton bahkan hingga 200 ton sekali pembuatan.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik Dapur Listrik
Dalam proses pembuatan baja ringan dengan teknik dapur listrik, tim dari pabrik akan mengontrol temperatur suhu peleburan. Teknik ini terdiri dari 2 jenis yaitu busur nyala dan induksi frekuensi tinggi.
Yang membedakan adalah daya tampungnya. Dapur listrik busur nyala bisa menampung setidaknya 25 ton hingga 100 ton.
Dapur listrik dengan induksi frekuensi tinggi cocok untuk pabrik skala kecil karena hanya mampu menampung paling sedikit 6 kg hingga maksimal 6 ton dalam sekali proses pembuatan.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik Dapur Kupola
Pabrik sering menggunakan teknik ini untuk melebur besi kasar dan bekas. Umumnya, dapurnya memiliki kubah-kubah.
Besi dimasukkan dalam kubah tersebut dan dipanaskan. Teknik ini terbilang tradisional karena masih menggunakan arang kayu.
Bahan utama akan diproses selama 15 jam. Besi yang sudah meleleh ditambahkan batu kapur agar menjadi baja ringan.
Pembuatan Baja Ringan dengan Teknik Bassemer
Pabrik juga akan menggunakan teknik Bassemer untuk membuat baja ringan. Teknik ini mirip dengan teknik BOF.
Bedanya, teknik Bassemer tidak menggunakan oksigen murni. Pada teknik ini digunakan uap air.
Teknik Bassemer sangat umum digunakan oleh pabrik baja ringan di Indonesia baik skala menengah atau bahkan skala besar sekalipun.
No Responses